Jumat, 08 Februari 2013

Pembelajaran Ramah Untuk Semua Anak


            Penelitian mutakhir menyatakan kelas kita terdiri dari beragam anak sehingga anak perlu belajar dengan cara yang berbeda Karena faktor keturunan, pengalaman, lingkungan , atau kepribadian yang berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa diperlukan berbainigai variasi metode pembelajaran dan kegiatan yang sesuai dengan fase perkembangan belajar siswa. Namun , terlallu banyaknya siswa dalam satu kelas menyebabkan seringnya penggunaan cara “ belajar menghafal “ ataupun ,etode ceramah melalui pembelajaran di kelas. Ini memang metode yang mudah untuk menangani banya anak, tetapi jujur saja membosankan untuk siswa maupun guru. Dengan demikian, lambat laun tidak ada kenikmatan atau tantangan untuk kita dalam mengajar bagi gurudan tentu saja tidak ada kesenangan atau tantangan bagi siswa dalam belajar.
            Apabila kita kaji lebih jauh, pada prinsipnya semua anak, laki-laki ataupun perempuan , dapat belajar secara efektif jika mereka ‘’belajar sambil mempraktikkan’’ ( learning by doing ). Learning by doing merupakan proses belajar yang sangat menarik bagi semua anak, karena anak banyak memperoleh pengalaman melalui kegiatan konkret. Inilah yang sebenarnya yang dimaksud dengan ‘’belajar aktif’’ ( active learning ) . kegiatan ini secara umum sering dikaitkan dengan pengalaman praktis anak setiap hari disekolah dan di rumah. Hubungan ini membantu mereka memahami dan mengigat apa yang mereka pelajari, kemudian menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hambatan belajar
            Mengapa ada siswa didalam kelas yang pemalu , menarik diri, tidak suka berpartisipasi, tidak pernah mengangkat tangan di kelas , juga tidak belajar dengan baik ? Salah satu alasannya mungkin Karena dia rendah diri. Biasanya siswa ini tidak percaya diri dengan kemampuannya. Penelitian menunjukkan , ada hubungan yang erat antara bagaimana siswa memandang dirinya dan prestasi belajarnya. Penelitian tersebut menemukan bahwa seorang siswa yang rendah diri Karena umpa balik negaatif ( kritikan ) dapat mengakibatkan siswa tersebut tidak pernah mau mencoba lagi, takut gagal, sehingga ia merasa lebih baik menghindar dari tugas atau pekerjaan di sekolah.
            Oleh karena itu, sebelum siswa berpartisipasi dalam belajar secara penuh \, sebaiknya perlu diyakinkan bahwa mereka bias belajar. Orang dewasa termasuk guru mempunyai peran yang kuat dalam pengembangan harga diri dan identitas anak. Harga diri anak bisa terusik jika latar belakang etnis, jenis kelamin, atau kemampuannya tidak dihargai, atau jika itu semua digunakan untuk membuat mereka merasa rendah diri. Jadi, sekolah dapat memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif epada anak dan memberikan lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua siswa. Dengan kata lain, semua siswa merasakan bahwa :
1)    Kontribusi mereka sekecil apapun dihargai
2)   Mereka merasa aman ( fisik dan psikis ) dalam lingkungan belajar;
3)   Gagasan mereka dihargai
Dengan kata lain , siswa harus diharagai apa adanya. Mereka harus merasa aman, dapat mengekspresikan pendapatnya, dan sukses dalam belajarnya. Keramahan inilah yang membantu siswa menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui penciptaan kelas yang lebih ‘’menyenangkan’’.
Berbagai cara belajar
            Interaksi dalam pembelajaran sangat penting ketika suatu kelompok belajar terdiri atas laki-laki dan perempuan, atau ketika kelompok terdiri dari anak yang berlatar belakang dan mempunyai kemampuan berbeda-beda. Cara belajar yang baik antara lain melalui membaca, mencatat visualisasi , gerakan tubuh ( tari, olahraga ), atau music. Sebagian siswa bekerja atau memecahkan soal secara individu, sedangkan yang lainnya berinteraksi dengan yang lain untuk menemukan jalan keluar. Jadi, siswa belajar dengan berbagai cara.
Belajar aktif dapat mengguanakan banyak cara . beberapa alur cara siswa belajar seperti :
1)    Verbal atau linguistik ( berbicara atau berbahasa ), pada alur ini sebagian siswa berpikir dan belajar melalui kata, memori,  dan mengingat kembali secara lisan dan tulisan.
2)   Logika atau matematika, pada alur ini sebagian siswa berpikir dan belajar melalui pemikiran dan perhitungan. Mereka dengan mudah dapat menggunakan angka, mengenali pola abstrak, dan melakukan pengukuran yang tepat .
3)   Visual atau spasial ( penglihatan atau orientasi bagian ) pada alur ini sebagian siswa menyukai seni seperti menggambar, melukis, atau memahat. Mereka dapat membaca peta, grafik, dan diagram dengan mudah.
4)   Tubuh atau kinestetik ( gerakan otot/tulang ), pada alur ini sebagian siswa belajar melalui gerakan tubuh, permainan, dan drama.
5)   Musik atau irama, pada alur ini sebagian siswa belajar paling baik melalui bunyi, irama/ritme, serta harmonisasi dan alunan musik.
6)   Antarpribadi, pada alur ini sebagian siswa lebih mudah belajar dalam kelompok
7)   Dalam diri, pada alur ini sebagian siswa belajar paling baik melalui konsentrasi pribadi dan cerminan diri. Mereka bekerja sendiri dengan mudah dan paham akan perasaan sendiri dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri.
8)   Alami, pada alur ini siswa belajar sendiri melalui lingkungan alam sekitar secara langsung.
Ketika siswa belajar, mereka mungkin menggunakan beberapa alur ini agar ingat dan memahami. Oleh karena itu, merupakan hal penting bagi guru untuk menggunakan stategi pembelajaran yang berbeda yang mencakup campuran alur belajar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar