Penelitian mutakhir menyatakan kelas
kita terdiri dari beragam anak sehingga anak perlu belajar dengan cara yang
berbeda Karena faktor keturunan, pengalaman, lingkungan , atau kepribadian yang
berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa diperlukan berbainigai variasi metode
pembelajaran dan kegiatan yang sesuai dengan fase perkembangan belajar siswa.
Namun , terlallu banyaknya siswa dalam satu kelas menyebabkan seringnya
penggunaan cara “ belajar menghafal “ ataupun ,etode ceramah melalui
pembelajaran di kelas. Ini memang metode yang mudah untuk menangani banya anak,
tetapi jujur saja membosankan untuk siswa maupun guru. Dengan demikian, lambat
laun tidak ada kenikmatan atau tantangan untuk kita dalam mengajar bagi gurudan
tentu saja tidak ada kesenangan atau tantangan bagi siswa dalam belajar.
Apabila kita kaji lebih jauh, pada
prinsipnya semua anak, laki-laki ataupun perempuan , dapat belajar secara
efektif jika mereka ‘’belajar sambil mempraktikkan’’ ( learning by doing ). Learning by doing merupakan proses belajar
yang sangat menarik bagi semua anak, karena anak banyak memperoleh pengalaman
melalui kegiatan konkret. Inilah yang sebenarnya yang dimaksud dengan ‘’belajar
aktif’’ ( active learning ) . kegiatan ini secara umum sering dikaitkan dengan
pengalaman praktis anak setiap hari disekolah dan di rumah. Hubungan ini
membantu mereka memahami dan mengigat apa yang mereka pelajari, kemudian
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hambatan
belajar
Mengapa ada siswa didalam kelas yang
pemalu , menarik diri, tidak suka berpartisipasi, tidak pernah mengangkat
tangan di kelas , juga tidak belajar dengan baik ? Salah satu alasannya mungkin
Karena dia rendah diri. Biasanya siswa ini tidak percaya diri dengan
kemampuannya. Penelitian menunjukkan , ada hubungan yang erat antara bagaimana
siswa memandang dirinya dan prestasi belajarnya. Penelitian tersebut menemukan
bahwa seorang siswa yang rendah diri Karena umpa balik negaatif ( kritikan )
dapat mengakibatkan siswa tersebut tidak pernah mau mencoba lagi, takut gagal,
sehingga ia merasa lebih baik menghindar dari tugas atau pekerjaan di sekolah.
Oleh karena itu, sebelum siswa
berpartisipasi dalam belajar secara penuh \, sebaiknya perlu diyakinkan bahwa
mereka bias belajar. Orang dewasa termasuk guru mempunyai peran yang kuat dalam
pengembangan harga diri dan identitas anak. Harga diri anak bisa terusik jika
latar belakang etnis, jenis kelamin, atau kemampuannya tidak dihargai, atau
jika itu semua digunakan untuk membuat mereka merasa rendah diri. Jadi, sekolah
dapat memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif epada anak dan memberikan
lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua siswa. Dengan kata lain, semua
siswa merasakan bahwa :
1)
Kontribusi
mereka sekecil apapun dihargai
2)
Mereka
merasa aman ( fisik dan psikis ) dalam lingkungan belajar;
3)
Gagasan
mereka dihargai
Dengan kata lain , siswa harus diharagai
apa adanya. Mereka harus merasa aman, dapat mengekspresikan pendapatnya, dan
sukses dalam belajarnya. Keramahan inilah yang membantu siswa menikmati belajar
dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui penciptaan kelas yang lebih
‘’menyenangkan’’.
Berbagai cara belajar
Interaksi dalam pembelajaran sangat
penting ketika suatu kelompok belajar terdiri atas laki-laki dan perempuan,
atau ketika kelompok terdiri dari anak yang berlatar belakang dan mempunyai
kemampuan berbeda-beda. Cara belajar yang baik antara lain melalui membaca,
mencatat visualisasi , gerakan tubuh ( tari, olahraga ), atau music. Sebagian
siswa bekerja atau memecahkan soal secara individu, sedangkan yang lainnya
berinteraksi dengan yang lain untuk menemukan jalan keluar. Jadi, siswa belajar
dengan berbagai cara.
Belajar
aktif dapat mengguanakan banyak cara . beberapa alur cara siswa belajar seperti
:
1)
Verbal
atau linguistik ( berbicara atau berbahasa ), pada alur ini sebagian siswa
berpikir dan belajar melalui kata, memori,
dan mengingat kembali secara lisan dan tulisan.
2)
Logika
atau matematika, pada alur ini sebagian siswa berpikir dan belajar melalui
pemikiran dan perhitungan. Mereka dengan mudah dapat menggunakan angka,
mengenali pola abstrak, dan melakukan pengukuran yang tepat .
3)
Visual
atau spasial ( penglihatan atau orientasi bagian ) pada alur ini sebagian siswa
menyukai seni seperti menggambar, melukis, atau memahat. Mereka dapat membaca
peta, grafik, dan diagram dengan mudah.
4)
Tubuh
atau kinestetik ( gerakan otot/tulang ), pada alur ini sebagian siswa belajar
melalui gerakan tubuh, permainan, dan drama.
5)
Musik
atau irama, pada alur ini sebagian siswa belajar paling baik melalui bunyi,
irama/ritme, serta harmonisasi dan alunan musik.
6)
Antarpribadi,
pada alur ini sebagian siswa lebih mudah belajar dalam kelompok
7)
Dalam
diri, pada alur ini sebagian siswa belajar paling baik melalui konsentrasi
pribadi dan cerminan diri. Mereka bekerja sendiri dengan mudah dan paham akan
perasaan sendiri dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri.
8)
Alami,
pada alur ini siswa belajar sendiri melalui lingkungan alam sekitar secara
langsung.
Ketika siswa belajar, mereka mungkin menggunakan
beberapa alur ini agar ingat dan memahami. Oleh karena itu, merupakan hal
penting bagi guru untuk menggunakan stategi pembelajaran yang berbeda yang mencakup
campuran alur belajar tersebut.